Rabu, 05 Januari 2011

"Pasek Badak", pasek yang benar-benar sanak sapta Rsi

Pasek Badak mungkin merupakan salah satu Pasek yang masih kacau sampai sekarang. Mungkin ini disebabkan karena sejarah peperangan yang berlangsung bertahun-tahun selama beberapa generasi. Hal ini membuat banyak semeton pasek badak yang tersebar dimana-mana dan kehilangan jati dirinya. Bahkan ada semeton Pasek Badak sendiri mengaku bukanlah pasek yang 'pasek pada umumnya', alergi terhadap leluhur mereka sendiri yaitu para Sapta Rsi. Kebanyakan warga pasek badak yang alergi terhadap Sapta Rsi adalah sosok orang-orang yang punya jiwa parekan yang pasrah dengan keadaannya saat ini, tanpa ada keinginan untuk maju atau memperbaiki diri. Umumnya mereka tidak mau tahu dengan sejarah leluhur, apalagi dengan Bhisama Bhatara Kawitan, bahkan yang lebih parah lagi, mereka dengan sengaja membelokkan/memalsukan sejarah leluhur dengan tujuan dan motif pribadi.
Pasek Badak, putra dari I Gusti Pasek Tohjiwa Dimadhya yang berleluhur Pangeran Pasek Tohjiwa merupakan turunan dari Ida Mpu Ketek yang merupakan keturunan dari Ida Mpu Gni Jaya. Beliau (pasek Badak)sewaktu masih bernama Pasek Wanda pernah mengemban misi Dalem untuk menggempur Blambangan (Cri Juru) bersama dengan Kyayi Ularan, dan setelah itu pernah menetap disana, kemudian Beliau kembali ke Gelgel, ketika terjadi pemberontakan Sagung Maruti terhadap Dalem yang membuat ayah beliau, I Gusti Pasek Tohjiwa Dimadhya gugur dalam pertempuran, dan saat itu beliau melarikan keluarga menjauh dari Gelgel ke daerah yang nantinya bernama desa Buduk (berasal dari kata badak-binatang peliharaan/tunggangan pasek badak-). Di sinilah Pasek Badak mulai membangun kejayaan kepemimpinannya, dengan luas wilayah membentang dari desa badak, menyisiri pesisi selatan hingga sampai Uluwatu. Selanjutnya pada tahun-tahun kemudian kemudian muncul I Gusti Agung Putu, trah Dalem yang berniat untuk meluaskan wilayah kekuasaan dan hal inilah yang memicu terjadinya "perang tanding" antara Ratu Gede Pasek Badak dan I Gusti Agung Putu. dalam sebuah undangan jamuan makan oleh I Gusti Agung Putu, Pasek Badak ditantang di dalam puri kaleran untuk berduel, yang mana berakhir dengan tidak mampunya berbagai senjata pusaka untuk menembus kulit Pasek Badak, namun setelah berlangsung duel beberapa hari akhirnya diakhiri dengan permohonan I Gusti Agung Putu agar Pasek Badak mengalah saja, mengingat ini sudah titah Bhatara dan mengingat pula I Gusti Agung Putu merupakan trah Dalem maka Pasek Badak mau mengalah dengan syarat arwah suci Beliau disembah oleh keturunan I Gusti Agung Putu dan para catur wangsa. Dari sinilah kemudian daerah-daerah Pasek Badak kemudian diambil alih, sehingga memicu beberapa putra-putra beliau tidak terima dan memilih pergi menyebar.
Mengingat sejarah peperangan yang begitu heroik dan kebijaksanaan yang dalam oleh Pasek Badak sendiri, dimana beliau menghindarkan terjadinya perang antara pasukan yang melibatkan rakyat serta lebih memilih kemenangan yang berupa 'Mokshartam', sosok Ratu Gede Pasek Badak pastilah merupakan sosok yang sudah mencapai puncak kebijaksanaan dalam ilmu kerohanian atau bisa dikatakan sebagai satria pandhita. Sesuai dengan laku mulia yang diperankan oleh leluhur beliau para Mpu. Jadi merupakan kebanggaan bagi warih Ratu Gede Pasek Badak untuk mengakui diri sebagai warga Pasek, karena hal itu sendiri menunjukkan bhakti kepada para leluhur para Mpu yang sudah amor ring acinthya. sesuai dengan isi Bhisama Ida Bhatara Kawitan bahwa siapapun keturunan pasek yang tidak bertindak sesuai dengan sesana Kepasekan, pastilah dia akan terus turun derajatnya dan selalu gagal dalam hidupnya. Jadi untuk warga Pasek Badak yang masih tidak mau mengaku sebagai keturunan Sapta Rsi, mulailah merenung dan tanyalah pada anda diri sendiri...